Pengertian Kebisingan
Permasalahan kebisingan bukan sekedar adalah permasalahan ditempat kerja saja, teapi juga di sekitaran kita seperti nada pesawat terbang, nada senapan, dan lain-lain. Pengertian kebisingan yaitu bunyi atau nada yang muncul yg tidak diinginkan yang sifatnya mengganngu dan turunkan daya dengar seorang (WHS, 1993). Bagaimana telinga kita dapat mendengar? Telinga dibagi jadi 3 bagian : – Bagian Luar – bagian Tengah – Bagian Dalam Nada yang di tangkap oleh daun telinga mengalir lewat saluran telinga ke gendang telinga. Gendang telinga yaitu selaput tidak tebal yang dilapis oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar. Getaran nada yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam mengakibatkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang tidak sama memberi tanggapan pada frekwensi nada yang tidak sama dan merubahnya jadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lantas jalan di selama serat-serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak. Getaran dari gendang telinga diperkuat dengan cara mekanik oleh tulang-tulang itu dan dihantarkan ke jendela oval. Batas frekwensi bunyi yang bisa didengar oleh telinga manusia kurang lebih dari 20 Hz hingga 20. 000 Hz pada amplitudo umum dengan beragam macam dalam kurva responsnya. Nada yang begitu keras mengakibatkan rusaknya pada sel rambut, karena sel rambut yang rusak tidak bisa tumbuh lagi maka dapat berlangsung rusaknya sel rambut progresif dan menyusutnya pendengaran Jenis Kebisingan 1. Bising kontinu (terus-terusan) seperti nada mesin, kipas angin, dan lain-lain. 2. Bising intermitten (terputus putus) yang berlangsung tak terus-terusan seperti nada jalan raya, nada pesawat terbang 3, Bising Impulsif yang mempunyai pergantian desakan nada melebihi 40 dB dalam sekejap hingga mengagetkan pendengarnya seperti nada senapan, mercon, dll 4. Bising impulsif berulang yang berlangsung dengan cara berkali-kali pada periode yang sama dengan nada mesin tempa. Dampak Kebisingan pada tenaga kerja yaitu seperti berikut : 1. Masalah fisiologis Masalah bisa berbentuk penambahan desakan darah, nadi dan bisa mengakibatkan pucat dan masalah sensoris 2. Masalah psikologis Gannguan psikologis berbentuk rasa tak nyaman, kurang konsentrasi, emosi dan lain-lain. 3. Masalah komunikasi Masalah komunikasi bisa mengakibatkan terganggunya pekerjaan, bahkan juga dapat menyebabkan pada kecelakaan karena tidak bisa mendengar isyarat maupun sinyal bahaya. 4. Masalah pada pendengaran (Ketulian) Adalah masalah yang paling serius karena pengaruhnya bisa mengakibatkan menyusutnya manfaat pendengaran. Gannguan pendengaran ini berbentuk progresif namun jika tak dilakendalikan bisa mengakibatkan ketulian permanen. Batasan tingkat kebisingan yang bisa mengakibatkan masalah pendengaran Batasan tingkat kebisingan dibagi jadi 2, yakni untuk lingkungan dengan saat pajanan 24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan saat pajanan 8 jam kerja atau Nilai Ambang Batas (NAB). Masalah Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing Loss/NIHL) Masalah pendengaran akibat bising (GPAB) yaitu penurunan pendengaran sensorineural yang awal mulanya tak diakui, karena belum mengganggu pembicaraan keseharian. Penurunan pendengaran sensorineural tipe koklea pada ke-2 telinga. Aspek lama pajanan, intensitas kebisingan, usia dan aspek lain akan punya pengaruh pada penurunan pendengaran itu. Aspek yang mempercepat GPAB/NIHL yaitu pajanan intensitas kebisingan melebihi NAB (85 dbA sepanjang 8 jam). Ilustrasi berikut ini yaitu sebagian riset mengenai GPAB (sumber : Ketulian. com) Di Indonesia riset mengenai masalah pendengaran akibat bising sudah banyak dikerjakan mulai sejak lama. Survai yang dikerjakan oleh Hendarmin dalam th. yang sama pada Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta memperoleh hasil ada masalah pendengaran pada 50% jumlah karyawan dibarengi penambahan ambang dengar sesaat sebesar 5-10 dB pada karyawan yang sudah bekerja terus-menerus sepanjang 5-10 th.. Riset yang dikerjakan oleh Hendarmin dan Hadjar th. 1971, memperoleh hasil bising jalan raya (Jl. MH. Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada pukul repot. Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta, memperoleh 31, 55 persen pekerja menanggung derita tuli akibat bising, dengan intensitas bising pada 85 – 105 dB, dengan saat kerja rata-rata 8, 99 th.. Lusianawaty memperoleh 7 dari 22 pekerja (31, 8%) di perusahaan kayu lapis Jawa Barat alami tuli akibat bising, dengan intensitas bising lingkungan pada 84, 9 – 108, 2 dB. Purnama pada riset efek pajanan bising bajaj pada pengemudinya memperoleh 26 dari 32 pengemudi alami tuli akibat bising, 14 pengemudi alami tuli akibat bising step awal dan 12 pengemudi alami tuli akibat bising step lanjut. Rerata intensitas bising bajaj pada grup masalah itu yaitu 101, 42 dB dengan lama pajanan kerja 12, 37 th. dan 98, 5 dB pada grup kontrol dengan lama pajanan kerja 8 th.. Bashiruddin pada riset dampak bising dan getaran pada manfaat keseimbangan dan pendengaran memperoleh rerata intensitas bising bajaj pada sebagian frekwensi yaitu 90 dB dengan intensitas maksimum 98 dB dan serata akselerasi getar yaitu 4, 2 m/dt. Hal semacam ini melebihi nilai ambang batas bising dan getaran yang diperkanankan. Gabungan pada bising alat transportasi dengan system suspensi dan gas buang yang jelek seperti bajaj dan bising jalan raya mengakibatkan resiko masalah pendengaran pengemudi kendaraan itu jadi lebih tinggi GPAB tidak bisa sembuh tetapi dapat dihindari, oleh karenanya tempat kerja yang melebihi NAB mesti mengaplikasikan Program Konservasi Pendengaran/Hearing Conservation Program (HCP). Program Konservasi Pendengaran mencakup : 1. Pemantauan Kebisingan 2. Audiometri Test 3. Ingindalian Kebisingan 4. Alat Pelindung Diri 5. Training Motivasi 6. Pemeliharaan Catatan/record Pemantauan Kebisingan : Alat ukur untuk pengukuran kebisingan ditempat kerja yaitu Sound Level Mtr. (SLM) dan untuk personal monitoring dipakai Noise Dosimeter. Sebelumnya lakukan pengukuran yang pertama mesti dikerjakan yaitu identifikasi bahaya apakah di ruang kerja ada sumber bahaya dari mesin atau kegiatan pekerjaan yang bisa menyebabkan kebisingan, dapat dengan juga lakukan Work Through Survey yakni survey ke tempat kerja dan lakukan identifikasi bahaya. tahap selanjutnya lakukan pengukuran kebisingan dengan SLM, butuh di ketahui kalau noise yaitu memakai manfaat logaritma, karena rentang pendengaran manusia begitu lebar dengan unit desible (db). Kerjakan pengukuran dengan cara periodik baik tempat kerja ataupun personal monitoring, banding data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas. Test Audiometri/Pendengaran Jika hasil pengukuran ditempat kerja tunjukkan intensitas kebisingan melebihi NAB maka kerjakan audiometri test pada karyawan minimum 1 th. sekali. Audiometri test harus juga dikerjakan pada karyawan baru/perputaran/mutasi sebelumnya di tugaskan ke ruang dengan intensitas kebisingan yang tinggi. Tujuan dari audiometri test yaitu kontrol masalah pendengaran persepsi, konduksi atau kombinasi. Pengendalian Kebisingan Langkah efisien untuk mencegah masalah pendengaran adalh dengan lakukan ingindalian pada sumber bahaya dengan lakukan eliminasi, subtitusi, engineering, administrasi. Pada step rencana/engineering yakinkan memilih perlengkapan dengan dampak kebisingan terendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari ruang yang ada banyak pekerja di sana. Jika mesin itu masihlah bising kerjakan pemasangan barier, gunakan peredam bila perlu keseluruhan enclosure/partial enclosure. Untuk Step Administrasi dapat lakukan beberapa hal seperti berikut : – Berlakukan ruang itu sebagai ruang terbatas, hanya bisa dimasuki personil yang terlatih, memakai Alat Pelindung Pendengaran – Penyusunan jadwal kerja sesuai sama NAB, contoh 85 dBA bekerja sepanjang 8 jam, 88 dBA bekerja sepanjang 4 jam, dst. Alat Pelindung Diri/Alat Pelindung pendengaran Penggunaan Alat pelindung pendengaran yaitu usaha paling akhir dalam usaha mencegah masalah pendengaran, ada 2 jenis : 1. Ear plug/sumbat telinga 2. Ear muff/tutup telinga Tiap-tiap Alat Pelindung Pendengaran mempunyai nilai NRR (Noise Reduction Rate), pada prinsipnya Kebisingan yang akan di terima telinga kita yaitu : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – NRR (dBC) Tetapi pengurangan dengan rumus di atas tak pas, pakai safety aspek 50%, dengan memperhitungkan kwalitas dan cara pemakaiannya yg tidak pas, hingga rumus di atas menjadi Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% Jika dengan rumus itu Kebisingan masihlah 85 dBA, gunakanlah pelindung ganda yakni ear plug dan ear muff, untuk perhitungan – tentukan NRR paling besar dari Ear plug atau ear muff, lalu kalkulasi dengan rumus : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% – 5 Tiap-tiap Alat Pelindung Pendengaran mempunyai nilai NRR (Noise Reduction Rate), pada prinsipnya Kebisingan yang akan di terima telinga kita yaitu : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – NRR (dBC) Tetapi pengurangan dengan rumus di atas tak pas, pakai safety aspek 50%, dengan memperhitungkan kwalitas dan cara pemakaiannya yg tidak pas, hingga rumus di atas menjadi Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% Jika dengan rumus itu Kebisingan masihlah 85 dBA, gunakanlah pelindung ganda yakni ear plug dan ear muff, untuk perhitungan – tentukan NRR paling besar dari Ear plug atau ear muff, lalu kalkulasi dengan rumus : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% – 5 Tiap-tiap Alat Pelindung Pendengaran mempunyai nilai NRR (Noise Reduction Rate), pada prinsipnya Kebisingan yang akan di terima telinga kita yaitu : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – NRR (dBC) Tetapi pengurangan dengan rumus di atas tak pas, pakai safety aspek 50%, dengan memperhitungkan kwalitas dan cara pemakaiannya yg tidak pas, hingga rumus di atas menjadi Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% Jika dengan rumus itu Kebisingan masihlah 85 dBA, gunakanlah pelindung ganda yakni ear plug dan ear muff, untuk perhitungan – tentukan NRR paling besar dari Ear plug atau ear muff, lalu kalkulasi dengan rumus : Kebisingan (dBA) = Kebisingan ruang kerja (dBA) – (NRR-7) *50% – 5 Untuk pembelian peralatan safety yang bagus dan berkualitas seperti sepatu safety lokal, safety ear, safety helm, safety vest, sarung tangan dll silahkan menghubungi kami.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorBlog ini di kelola oleh Sandra Pretiwi Sari Archives
January 2020
Categories |